By: Tri Indrawati
Sumber Gambar: Freepik.com
Perpustakaan, sebagai inti pengelola koleksi berbagai informasi, memainkan peran sentral dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi. Keberhasilan perpustakaan tidak hanya ditentukan oleh koleksi yang dimilikinya, tetapi juga oleh manajemen kepemimpinan yang berkualitas. Pemimpin perpustakaan memiliki peran krusial dalam merumuskan dan merealisasikan tujuan, visi, dan misi perpustakaan. Keberadaanya ssangat berpengaruh pada kemajuan dan perkembangan instansi yang dipimpinya. Lalu, Siapakah sosok Pemimpin itu?
Yusna, 2020 mengartikan bahwa pemimpin adalah sosok yang bisa diandalkan dalam suatu organisasi. Sosok dari seorang pemimpin inilah yang kebanyakan dijadikan indicator penentu baik buruknya suatu organisasi. Pemimpin adalah seorang yang dapat mengembangkan ide, menggabungkan ide, dan berperan sebagai katalis dalam menerapkan inovasi mereka juga dapat meningkatkan antusiasme dan motivasi karyawan untuk mengikuti contoh dari para pemimpin mereka (Jaudi, 2020). Pada dasarnya, kepala perpustakaan harus mampu mengelola dan membina perpustakaan melalui berbagai kegiatan kepemimpinan dan manajemen. Arif & Hanum, 2020 menekankan bahwa kepemimpinan perpustakaan harus mencerminkan perilaku yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Sebagai supervisor, kepala perpustakaan berperan dalam mengawasi, membangun, dan mengoreksi jalannya kegiatan perpustakaan.
Kepemimpinan yang efektif tidak hanya berkaitan dengan tugas manajerial semata, tetapi juga dengan kemampuan membangun hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis (Sriwahjudewi, 2019). Hubungan interpersonal yang baik antara pimpinan dan bawahan dapat membina kerjasama yang efisien dan efektif. Penyelenggaraan kegiatan perpustakaan yang baik akan meningkatkan kualitas secara keseluruhan, baik dari segi layanan maupun kinerja pegawai.
Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain Anoraga (1992:2), melalui menggerakan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak-kehendak pemimpin itu. Kepemimpinan yang sesuai dengan visi dan misi akan mampu mengairahkan dan membangkitkan semangat environment (internal dan eksternal).
Disamping itu kepala perpustakaan sebagai pemimpin berfungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis (Molantong et al., 2015) dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, segala penyelenggaraan kegiatan perpustakaan akan mengarah kepada usaha meningkatkan kualitas perpustakaan pada umumnya dan oleh pegawai pada khususnya dalam melaksanakan tugasnya secara operasional.
Kepala perpustakaan sebagai pemimpin perpustakaan yang kemudian menggontrol setiap kinerja dari pegawai atau bawahan namun dalam menjalankan hal tersebut bukan hanya pada bagimana menuntaskan setiap tugas yang diberikan, tetapi kepala perpustakaan penting untuk memperhatikan gaya kepemimpinan yang diterapkannya yang kemudian berguna bagi pegawai untuk termotivasi dalam setiap kinerja atau tugas yang dilaksanakan sehingga tercipta hubungan kekeluargaan yang berkesinambungan antara pimpinan dan bawahan sehingga tujuan yang samapun dalam mengsukseskan perpustakaan tercapai dan menjadi lebih baik.
Menurut Hartono, 2016 (Arif & Hanum, 2020) terdapat delapan gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam konteks perpustakaan. Antara lain, tipe karismatik, paternalistik, militeristik, laissez-faire, populistik, administratif, otokrasi, dan demokratis. Setiap tipe memiliki ciri khas dan dampak yang berbeda terhadap organisasi.
Menurut Krisnawulan, 2005 yaitu pendekatan ini bahwa pada dasarnya ada dua faktor gaya kepemimpinan yaitu:
- Gaya yang berorentasi pada tugas:
Seorang pemimpin yang mengusung gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas menonjolkan dirinya melalui beberapa karakteristik khas. Pertama, pemimpin tersebut cenderung memberikan petunjuk yang jelas kepada bawahannya, memandu mereka dengan arahan yang terinci untuk mencapai tujuan bersama. Kedua, penerapan pengawasan yang ketat merupakan prinsip yang dipegang teguh oleh pemimpin tersebut. Melalui pengawasan yang cermat, pemimpin dapat memastikan bahwa setiap langkah yang diambil oleh bawahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya, pemimpin ini memiliki keterampilan persuasif yang kuat, meyakinkan bawahannya bahwa pelaksanaan tugas harus dilakukan sesuai dengan keinginannya. Terakhir, fokus utama pemimpin ini terletak pada pelaksanaan tugas, dimana pembinaan dan pengembangan bawahan seringkali menjadi prioritas sekunder. Dengan demikian, gaya kepemimpinan ini menekankan kedisiplinan dan pencapaian tujuan melalui tata kelola tugas yang ketat.
- Gaya yang berorentasi pada karyawan/pegawai:
Seorang pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan berorientasi pada karyawan menonjolkan pendekatan yang lebih humanis dan berfokus pada hubungan interpersonal. Pertama-tama, pemimpin ini lebih cenderung memberikan motivasi daripada melakukan pengawasan yang ketat terhadap bawahannya. Pemimpin memahami bahwa dengan memberikan motivasi yang memadai, bawahan akan termotivasi secara intrinsik untuk mencapai kinerja terbaik mereka. Selanjutnya, dalam pengambilan keputusan, pemimpin ini melibatkan bawahan secara aktif.
Dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin menciptakan suasana kerja yang demokratis dan partisipatif, di mana setiap anggota tim memiliki peran yang dihargai. Pemimpin ini juga menonjolkan sifat kekeluargaan, di mana hubungan antar anggota tim didasarkan pada saling percaya, kerjasama, dan menghormati satu sama lain. Ketidakformalan dalam interaksi sehari-hari menciptakan lingkungan yang
mendukung kreativitas dan kolaborasi. Sebaliknya, pemimpin yang lebih berorientasi pada tugas cenderung mengarahkan dan mengawasi bawahan secara ketat, fokus utamanya adalah pada penyelesaian tugas dengan efisiensi, dan pembinaan hubungan sosial menjadi sekunder.
Menjadi pemimpin juga bukan secara tiba-tiba memimpin terdapat poses, seorang pemimpin diuji dengan sebuah tantangan, makin tinggi sebuah jabatan semakin besar tugasnya, kritik dan saran mengiringi setiap berjalanya kepemimpinan. Having responsibility as a leader is not an easy thing, a leader should be a role model in that environment (Gächter & Renner, 2018). Molantong et al., 2015 menambahkan Partisipasi kepala perpustakaan sangatlah penting karena partisipasi dalam pemberian usulan dalam hal perncanaan perpustakaan itu yang nantinya untuk menentukan arah dan pola jalannya perpustakaan.
Kepemimpinan berkualitas adalah kunci sukses perpustakaan yang adaptif. Pemimpin perpustakaan harus mampu menggabungkan manajemen yang efisien dengan keahlian interpersonal untuk memotivasi staf dan mencapai tujuan organisasi. Dengan penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan visi dan misi, perpustakaan dapat menjadi lingkungan yang membangkitkan semangat, meningkatkan kualitas layanan, dan mencapai keunggulan dalam era perubahan yang dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I., & Hanum, A. N. L. (2020). PERAN PIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONTIANAK. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 9(1).
Gächter, S., & Renner, E. (2018). Leaders as role models and ‘belief managers’ in social dilemmas. Journal of Economic Behavior & Organization, 154, 321–334.
Jaudi, J. (2020). Kepemimpinan Inovatif dalam Pengembangan Organisasi dan Team. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 1(2), 221–235.
Krisnawulan, A. (2005). Analisis Gaya Kepemimpinan Situsional Manager pada Divisi Logistik. Depok: PT. Dunkindo Lestari.
Molantong, C., Boham, A., & Golung, A. M. (2015). Gaya Kepemimpinan Kepala Perpustakaan Terhadap MOtivasi Kerja Pegawai Di Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Kota Kotamobagu. ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 4(3). Sriwahjudewi, I. (2019). Manajemen Kepemimpinan di Perpustakaan.
Yusna. (2020). Manajemen Berbasis Budaya Religius dalam Peningkatan Profesionalisme Guru Di Sma Negeri 15 Luwu Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO.