Perpustakaan Di Tengah-Tengah Knowledge Society

By: Safira Khoirunisa

Pengetahuan merupakan kekuatan dimana informasi menjadi cikal bakal dari pengetahuan itu sendiri. Masyarakat informasi dan Masyarakat pengetahuan menjadi suatu hal yang beriringan. Masyarakat Informasi muncul akibat tuntutan zaman dimana Masyarakat sudah tidak mempunyai ketergantungan terhadap industri manufaktur tetapi bergantung kepada informasi hingga pada akhirnya menjadi ujung knowledge industry (Feather dalam Christiani (2018)). Masyarakat pengetahuan pada umumnya merupakan masyarakat yang fokus pada penciptaan, distribusi, dan penggunaan konten. Perpustakaan menjadi pilar penyangga utama yang mendukung tumbuh kembangnya suatu pengetahuan. Perpustakaam menjadi sangat dibutuhkan di kala merebaknya informasi yang diciptakan dalam berbagai format. Perpustakaan dibutuhkan bukan hanya sebagai tempat penyimpanan namun lebih sebagai bantuan professional dan terpercaya untuk menemukan, memilih, dan memahami informasi yang tersedia di berbagai platform dan medium. Poin penting bagi perpustakaan yaitu membahas mengenai perbedaan antara pengetahuan sebagai sumber daya dan pengetahuan dalam tindakan (Bedford et al., 2015).

Virtualisasi perpustakaan menjadi salah satu upaya yang ditempuh perpustakaan di era ini. Bukan hanya mengenai virtualisasi sumber daya dan pemberian akses terhadap e-resources namun juga memberikan pengalaman virtual yang lengkap dan memuaskan para penggunanya melalui perpustakaan digital. Pada dasarnya, perpustakaan digital merupakan system interaktif yang harus berpusat pada pengguna, bukan pada kontennya (Sirb, 2018). Maksudnya adalah perpustakaan digital memperhitungkan setiap proses yang dijalani pengguna dalam perjalanannya mencari informasi dan kemudian membuat setiap Gerakan menjadi mudah dilakukan. Meskipun demikian, desain estetika dari tampilan perpustakaan digital tersebut harus dimaksimalkan. Tantangan dan karakterisasinya yaitu fokus pada teknologi dan konten. Informasi yang terkandung dalam konten fisik maupun digital menjadi fokus. Perpustakaan di tengah-tengah Masyarakat pengetahuan perlu menyediakan layanan digital kepada semua penggunanya dan perpustakaan juga dapat memberikan penawaran keberadaan ruang fisik dari perpustakaan itu sendiri.

Penciptaan infrastruktur yang memadai, unit penelitian local, konferensi regular, jurnal khusus dan asosiasi professional menjadi tugas yang membutuhkan banyak sumber daya. Maka dari itu keberhasilan memobilisasikan sumber daya sangat penting agar bidang ilmu pengetahuan yang sedang berkembang menjadi lebih berkembang. Menyikapi hal ini perpustakaan dapat berperan sebagai pengontrol mobilisasi yang telah berjalan. Masyarakat yang terus berkembang memerlukan pembaharuan terus menerus tentang basis pengetahuan dan sistem alamiah yang dapat mendukungnya. Meskipun banyak lembaga atau instansi yang sudah mapan di bidang sains mungkin lebih baik dalam mempromosikan penelitian, tetapi masih sering dijumpai bahwa lembaga tersebut kurang efektif dalam mendukung pengetahuan baru.

Di beberapa tahun atau periode sebelumnya muncul adanya indigenous knowledge atau pengetahuan tradisional yang mungkin sekarang ini masih kerap dijumpai. Pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan murni dari masyarakat setempat yang didapat dari akibat dari aktivitas, pengalaman, sistem kepercayaan, pengetahuan masyarakat setempat yang bersifat dinamis dan berkelanjutan (Adelia, 2016). Di era informasi dan teknologi yang semakin pesat ini, penyebarluasan dan penggunaan pengetahuan tradisional menjadi sangat mudah. Semua orang dapat menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan tradisional tersebut karena dapat membawa kebermanfaatan bagi manusia. Perlu diketahui juga bahwa pengetauan tradisional dapat membawa peluang ancaman bagi Masyarakat setempat. Kesenjangan yang muncul di antara pendokumentasian pengetahuan tradisional dan pengetahuan modern menjadi tantangan yang harus dihadapi. Hukum yang ditujukan untuk melindungi asset intelektual dari berbagai kepentingan pengambilan pengetahuan belum maksimal.

Melalui perpustakaan sebagai sumber informasi dan pengelola informasi, upaya perlindungan pengetahuan tradisional dapat dijalankan. Pustakawan dituntut untuk mampu mendokumentasikan, menangkap, dan melihat informasi yang muncul di Masyarakat. Hasil dari pendokumentasian tersebut yakni terciptanya suatu database yang dapat mengkomunikasikan kepada khalayak luas mengenai kepemilikan pengetahuan tradisional. Pustakawan juga dapat berperan sebagai jembatan dan komunikator bagi pengguna yang mempunyai rasa ingin tahu lebih lanjut mengenai pengetahuan tradisional.

Memanfaatkan sumber daya pengetahuan menjadi keterampilan yang sangat dihargai dalam masyarakat pengetahuan. Mereka adalah fasilitator pengetahuan yang bertugas untuk menciptakan, menafsirkan, mengartikulasikan, mengekspresikan, dan menceritakan kisah tentang pengetahuan dalam segala bentuknya. Dalam hal ini, perpustakaan, pustakawan, dan professional informasi dapat memainkan perannya sebagai fasilitator pengetahuan. Menjadi fasilitator pengatahuan harus proaktif, bukan menunggu dan mengharapkan pengguna yang mendatangi karena mempunyai suatu permintaan. Kebaikan yang lebih besar adalah memanfaatkan modal intelektual para professional untuk mengajar orang lain dan memberikan fasilitas transfer pengetahuan (Bedford et al., 2015)

 

REFERENSI

Adelia, N. (2016). Pustakawan dan pengetahuan tradisional: studi tentang urgensi dan peran pustakawan dalam pengetahuan tradisional. Record and Library Journal, 2(1), 51-57.

Bedford, D. A., Donley, J. K., & Lensenmayer, N. (2015). The role of librarians in a knowledge society: Valuing our intellectual capital assets. In Current issues in libraries, information science and related fields (Vol. 39, pp. 81-113). Emerald Group Publishing Limited.

Christiani, L. (2018). Peran Perpustakaan dalam Mewujudkan Budaya Informasi Masyarakat.

Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, dan Informasi, 2(2), 205-212.

Cummings, S., Regeer, B., De Haan, L., Zweekhorst, M., & Bunders, J. (2018). Critical discourse analysis of perspectives on knowledge and the knowledge society within the Sustainable Development Goals. Development Policy Review, 36(6), 727-742.

Fagerberg, J., Landström, H., & Martin, B. R. (2012). Exploring the emerging knowledge base of ‘the knowledge society’. Research Policy, 41(7), 1121-1131.

Sîrb, C. (2018). The role of libraries in the open knowledge society.