PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN LITERASI MASYARAKAT

PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN LITERASI MASYARAKAT

Di zaman modern saat ini, informasi yang berasal dari aktivitas manusia berkembang dan tersebar dengan sangat cepat (Budiman Muslim, 2018:93). Media seperti buku, koran, majalah, jurnal, dan sumber elektronik lainnya dapat menghasilkan informasi hanya dalam waktu sekejap. Sebagai sumber informasi, perpustakaan harus mampu mengelola media informasi yang ada saat ini dengan baik dan menyediakannya kepada pemustaka untuk meningkatkan literasi mereka. Perpustakaan memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan literasi bukan hanya di dalam sekolah,
tetapi juga masyarakat luas, baik itu secara kolektif maupun secara individu. Literasi dalam dunia teknologi yang berkembang pesat saat ini tidak hanya mencakup kemampuan dalam membaca dan menulis, tetapi juga memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan bijak dan efektif. Di samping itu, perpustakaan juga berfungsi sebagai pusat kegiatan pendidikan yang mendukung pengembangan keterampilan literasi, sehingga diadakannya program-program seperti kelas literasi awal untuk anak-anak, pelatihan keterampilan membaca dan menulis untuk remaja, dan kursus teknologi untuk orang dewasa. Oleh karena itu, mendukung masyarakat untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka sangat penting. Perpustakaan dapat membantu masyarakat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses di era informasi ini dengan mengadakan workshop, seminar, dan acara komunitas lainnya.
Terlebih lagi, literasi menjadi semakin penting di era digital saat ini. Perpustakaan harus dapat beradaptasi dengan menyediakan pelatihan dan sumber daya yang dapat membantu masyarakat memahami dan mengevaluasi informasi yang mereka temui di internet, karena informasi tentang ilmu pengetahuan maupun informasi lainnya sudah dapat diakses dengan mudah melalui internet dan media sosial. Beberapa contohnya adalah dengan memberikan pelatihan tentang penggunaan komputer, pencarian online, dan keamanan online yang membantu pengguna untuk menjadi konsumen yang lebih cerdas dan kritis saat menggunakan informasi. Perpustakaan memiliki peran yang dapat membantu mengurangi kesenjangan digital dan meningkatkan budaya literasi dengan mengajarkan keterampilan tersebut. Perpustakaan juga dapat memastikan bahwa setiap individu memiliki akses ke pengetahuan yang relevan dan tidak tertinggal dari informasi yang terus berkembang. Secara keseluruhan, peran perpustakaan dalam meningkatkan literasi masyarakat sangat luas dan memiliki berbagai macam cara. Perpustakaan tidak hanya memberikan akses ke informasi, tetapi juga membantu masyarakat dalam mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kesadaran tentang literasi digital. Dengan terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang dan memanfaatkan teknologi baru, perpustakaan dapat memastikan bahwa mereka tetap relevan dan efektif dalam meningkatkan literasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setiap daerah memiliki perpustakaan dengan berisikan koleksi buku, jurnal, majalah, dan masih banyak lagi, atau setidaknya di beberapa daerah kecil memiliki bangunan dengan berisikan beberapa buku. Dari hasil fakta akurat yang telah didapatkan, perpustakaan didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memberikan layanan yang dapat meningkatkan literasi informasi, ilmu pengetahuan, ilmu komunikasi, dan ilmu pendidikan. Hal ini akan dapat membantu masyarakat menjadi pribadi yang suka membaca, memahami aksara, dan mengikuti perkembangan teknologi (Novia Tirta Sari dkk, 2024:262). Namun, UNESCO melaporkan bahwa literasi masyarakat Indonesia berada di urutan kedua dari bawah di dunia (Evita Devega, 2017). Dimana hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata tidak memiliki ketertarikan untuk membaca atau memiliki minat baca yang sangat rendah.
Di perpustakaan biasanya terdapat berbagai macam program yang dilaksanakan, program-program tersebut disusun berdasarkan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi informasi. Dalam melaksanakan program, perpustakaan biasanya akan fokus pada beberapa hal, antara lain:
1. Meningkatkan atau menambah koleksi buku dan bahan pustaka lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Menyelenggarakan atau mengadakan kegiatan literasi, seperti lomba membaca, diskusi buku, dan pelatihan menulis.
3. Memberikan atau menyediakan layanan digital, seperti akses ke e-book, katalog online, dan referensi digital.
4. Berkolaborasi dengan pihak sekolah dan lembaga pendidikan lainnya untuk menumbuhkan atau menanamkan budaya membaca.
5. Memperluas jangkauan layanan dengan melaksanakan program perpustakaan keliling.
6. Meningkatkan kualitas layanan dan fasilitas perpustakaan untuk kenyamanan pengunjung.
7. Berusaha melatih dan mengembangkan keterampilan pustakawan untuk memberikan layanan yang maksimal.
8. Berusaha membangun kerja sama dengan pihak lain, seperti pemerintah, organisasi, dan perusahaan untuk mendukung program-program yang dilaksanakan perpustakaan (www.puskomedia.id, 27 Agustus 2024).Berdasarkan dari hasil data yang telah dikumpulkan, peneliti menemukan hasil bahwa perpustakaan secara umum memiliki peran dalam meningkatkan literasi masyarakat melalui program yang telah dilaksanakan di beberapa perpustakaan. Yang pertama, yaitu memberikan layanan baca di tempat dan pinjam pulang. Perpustakaan harus menyediakan tempat yang nyaman untuk membaca supaya pembaca dapat merasa betah untuk membaca di perpustakaan. Fasilitas yang ada di ruang baca ini seperti meja, kursi, matras, bantal, dan pencahayaan yang memadai. Selain itu, perpustakaan juga menyediakan layanan peminjaman buku yang dapat dibawa pulang dan dibaca di rumah. Dengan adanya layanan ini, masyarakat dapat menikmati koleksi buku di luar lingkungan perpustakaan. Hal ini dapat memudahkan bagi pembaca yang sedang sibuk atau bertempat tinggal yang jauh dari perpustakaan. Yang kedua adalah dengan menyelenggarakan aktivitas literasi. Hal ini dapat dicapai dengan cara menarik perhatian pengguna perpustakaan dengan menyediakan berbagai jenis buku, baik buku fiksi maupun non-fiksi, kegiatan mendongeng yang menarik khususnya untuk anak-anak, mengadakan diskusi buku untuk meningkatkan pemahaman dan refleksi tentang literatur, mengadakan kompetisi menulis cerita, puisi, dan esai untuk meningkatkan keterampilan menulis dan kreativitas masyarakat, serta berkolaborasi dengan beberapa penerbit atau penulis lokal untuk menyelenggarakan pameran buku dengan cara memberikan akses ke karya-karya terbaru dan memperluas koleksi perpustakaan.
Yang ketiga adalah bahwa perpustakaan juga harus dapat bekerja sama dengan berbagai pihak eksternal seperti sekolah, organisasi masyarakat, dan perpustakaan daerah untuk memperluas jangkauan layanan dan sumber daya mereka. Perpustakaan dapat memperluas jangkauan layanannya, memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam dan menjadi pusat literasi yang dinamis dengan memanfaatkan kekuatan kolaborasi tersebut. Yang keempat adalah memberikan pelatihan dan pengembangan profesional untuk meningkatkan kapasitas pustakawan. Pengelolaan koleksi, layanan pemustaka, dan pemanfaatan teknologi informasi merupakan beberapa topik yang dapat dibahas dalam pelatihan tersebut. Pustakawan juga dapat mengikuti kegiatan seminar untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mereka. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, pustakawan dapat mendiskusikan ideide baru untuk meningkatkan layanan perpustakaan, misalnya mereka dapat mengembangkan program literasi digital untuk menjangkau masyarakat yang belum terhubung dengan perpustakaan. Perpustakaan dapat terus memberikan layanan yang maksimal dan terbaik kepada masyarakat dengan meningkatkan kapasitas pustakawan mereka, sehingga membuat masyarakat merasa nyaman dan cocok untuk beraktivitas di perpustakaan.
Yang kelima adalah peran perpustakaan dalam mempromosikan budaya membaca dan memberikan masyarakat akses ke informasi. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan promosi dan publikasi. Perpustakaan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi melalui berbagai media atau saluran. Perpustakaan dapat memanfaatkan platform media sosial seperti facebook, instagram, twitter, dan tiktok untuk menyebarkan dan membagikan informasi tentang koleksi buku, program kegiatan, dan layanan yang tersedia di perpustakaan. Selain itu, perpustakaan dapat
membuat website sendiri yang menyediakan informasi lengkap tentang katalog buku, layanan perpustakaan, dan kegiatan yang terbaru (www.puskomedia.id, 27 Agustus 2024). Publikasi juga dapat dilakukan dengan cara dicetak, seperti brosur, poster, dan pamflet. Dengan promosi dan publikasi ini, perpustakaan akan dapat lebih meningkatkan visibilitasnya dan menarik lebih banyak
masyarakat untuk menggunakan layanannya. Dengan demikian, perpustakaan memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan budaya literasi.
Berikut merupakan contoh program-program yang dilaksanakan perpustakaan tertentu, antara lain:
a. Layanan Daring di Perpustakaan UIN Walisongo Semarang
Dalam layanan ini, pustakawan perpustakaan UIN Walisongo Semarang bertanggung jawab untuk membuat konsep roadmap program inovasi layanan daring perpustakaan, memasarkan atau mempromosikan produk inovasi layanan daring perpustakaan, dan menjalin hubungan atau relasi dan berjejaring dengan berbagai elemen sivitas akademika baik di dalam maupun di luar institusi. Pustakawan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempromosikan layanan daring perpustakaan melalui promosi tercetak seperti brosur, leaflet, banner, pengumuman, dan word of mouth atau WOM. Pustakawan juga memanfaatkan media infromasi dan komunikasi elektronik seperti website atau OPAC, media sosial seperti Instagram dan Facebook, WhatsApp, dan SMS Broadcash (Ifonilla Yenianti, 2022). Dengan layanan daring ini, pemustaka dapat dengan mudah mengakses koleksi dan sumber daya perpustakaan dari mana saja dan kapan saja. Dengan menggunakan OPAC, pemustaka dapat dengan mudah mencari dan menemukan buku, artikel, dan sumber daya lainnya. Pemustaka juga dapat menggunakan layanan daring, seperti berkomunikasidengan pustakawan melalui chat, meminta referensi, atau mendapatkan bimbingan dalam penelitian mereka.
b. Sistem Deteksi Plagiarisme Menggunakan Turnitin Pada Jurnal Mahasiswa di Perpustakaan Udinus
Perangkat lunak yang disebut Turnitin ini digunakan untuk mendeteksi adanya plagiat danmemastikan keaslian tulisan akademis. Untuk penerapan turnitin di Udinus, UPT Perpustakaan Udinus bertanggung jawab dalam menggunakannya, tetapi hanya sebatas untuk pengecekan jurnal skripsi. Dalam penerapan pengecekan turnitin, UPT Perpustakaan Udinus sebelumnya bertugas membantu mahasiswa memperbaiki jurnal mereka yang mendapatkan hasil persentase di luar ketentuan setiap fakultas. Sekarang mahasiswa dan dosen pembimbing mereka dapat menggunakan turnitin secara mandiri, dan dosen akan mengawasi pengecekan kualitas karya tulis mereka. Tugas UPT Perpustakaan adalah mengelola atau mengadministrasikan sistem deteksi turnitin di Udinus. Penggunaan turnitin memiliki peran yang baik dalam membantu mengurangi tindak plagiarisme di kalangan mahasiswa Udinus. Dengan menggunakan sistem deteksi plagiarisme ini, mahasiswa dapat dimotivasi untuk belajar mengarang karya tulis sendiri saat mengerjakan karya tulis ilmiah mereka. Mahasiswa di Udinus melakukan deteksi Turnitin dengan menyerahkan karya ilmiah atau file jurnal mereka ke petugas turnitin di UPT Perpustakaan Udinus, yang kemudian akan dideteksi oleh pustakawan (Yonathan Cahyo Manunggal & Lydia Christiani).
c. Pemanfaatan Teknologi Wifi di UPT Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang
Teknologi wifi adalah bagian atau area dan wilayah yang terkoneksi dengan jaringan internet tanpa kabel. Para pemustaka yang membaca di Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang dapat mengakses internet melalui wifi. Di UPT Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang, teknologi wifi memiliki keuntungan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk mencari referensi kuliah dan tugas akhir, efisiensi waktu dan biaya, fleksibel karena tidak memerlukan kabel untuk menyambungkannya ke internet, memudahkan penerimaan penyaluran data dan informasi, meningkatkan literasi melalui media elektronik, membuka situs berita, dan sekedar hiburan. Pemanfaatan teknologi wifi disini juga meningkatkan jumlah pemustaka yang berkunjung di UPT Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang (Arini Risqi Adisti, Undip).
d. Kerja Sama Perpustakaan Desa Jendela Dunia dengan Berbagai Pihak
Perpustakaan Jendela Dunia melakukan kerjasama secara formal dengan STIKes Kuningan di mana nota kesepahaman ditandatangani pada bulan Agustus 2020. Bentuk kerjasamanya antara lain penempatan buku-buku tentang kesehatan dan alat peraga kesehatan di perpustakaan desa.Hal ini sangat bermanfaat dan membantu dalam mendukung program penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan oleh kader PKK Desa Pasayangan di Posyandu dan Pos Bina Terpadu. Perpustakaan Desa Jendela Dunia juga bekerja sama dengan Bapusipda Jawa Barat dan Disarsipus Kuningan dalam menerima pembinaan dan bantuan koleksi serta fasilitas perpustakaannya. Kepala Desa Pasayangan juga selalu bekerja sama dengan tokoh masyarakat, karang taruna, relawan, dan masyarakat umum Desa Pasayangan dalam rangka pengembangan perpustakaan desa. Perpustakaan Desa Jendela Dunia pun dapat menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah di Desa Pasayangan dalam menyebarkan informasi pelayanan perpustakaan (Neneng Komariah dkk, 2021:122).
Mungkin sudah ada beberapa perpustakaan besar yang telah menerapkan program-program yang dapat meningkatkan literasi masyarakat Indonesia. Namun, berdasarkan fakta dan permasalahan yang ada di beberapa perpustakaan lainnya, diharapkan untuk kedepannya bisa lebih meningkatkan minat dalam literasi yang kemudian dapat menarik perhatian masyarakat, dan lebih meningkatkan lagi dalam segi mengoptimalkan pengelolaan. Selain itu, diharapkan bahwa dengan adanya peningkatan literasi yang bijak ini akan dapat menurunkan kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menyalahgunakan informasi yang beredar di media sosial.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dengan judul peran perpustakaan dalam meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, peneliti menyimpulkan beberapa hal berikut. Dari hasil analisis dokumen dan pengumpulan data sekunder, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa perpustakaan memiliki peran dalam meningkatkan literasi masyarakat dengan cara menyelenggarakan beberapa program yang efektif, yaitu dengan memberikan layanan baca di tempat dan pinjam pulang, menyelenggarakan aktivitas literasi, bekerja sama dengan berbagai pihak eksternal, meningkatkan kapasitas pustakawan dengan memberikan pelatihan dan pengembangan yang profesional, dan mempromosikan budaya membaca, serta menyediakan akses informasi bagi masyarakat. Perpustakaan juga memiliki peran yang penting dalam mengarahkan masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam membaca informasi yang ada di teknologi atau media sosial.

Dari beberapa program yang telah dilaksanakan di beberapa perpustakaan, menunjukkan bahwa program yang telah diadakan, ada yang dapat menarik minat masyarakat dalam berliterasi terutama jika hal itu bisa di akses melalui perpustakaan offline maupun perpustakaan digital yang disediakan di website atau media sosial. Perpustakaan memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan literasi masyarakat. Sebagai pusat akses informasi dan pengetahuan, perpustakaan
menyediakan sumber daya yang beragam, mulai dari buku hingga teknologi digital. Keberadaan perpustakaan di daerah-daerah yang berbeda tentu mengalami perbedaan dalam peningkatan minat baca literasi masyarakat. Rekomendasi penelitian bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia untuk lebih meningkatkan programprogram yang dapat menarik minat baca masyarakat Indonesia, baik itu dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang.(Annisa Maliha Al-Farouqi)

 

DAFTAR PUSTAKA
Arini Risqi Adisti, ”Hubungan Pemanfaatan Teknologi Wi-fi dengan Tingkat Kunjungan Pemustaka di UPT Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang”, Universitas Diponegoro Semarang.
Budiman Muslim, “Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan Literasi Masyarakat”, Vol. 2, No. 2, Jurnal Imam Bonjol: Kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan, 2018.
Evita Devega, “Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet Di Medsos”, https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologimasyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media (diakses pada 27 Agustus 2024, pukul 23.36).
Ifonilla Yenianti, ”Peran dan Strategi Pustakawan Pada Inovasi Layanan Daring di Perpustakaan UIN Walisongo Semarang”, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2022).
Ita Arikhatul Mujahidin dkk, “Peran Perpustakaan Dalam Meningkatkan Literasi Membaca Siswa Kelas IV SDN Sawojajar 01”, Vol. 8, No. 19, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 2022.
Neneng Komariah dkk, ” Pelayanan perpustakaan desa berbasis inklusi sosial di Perpustakaan Desa Jendela Dunia Kabupaten Kuningan Jawa Barat”, Vol. 17, No. 1, Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 2021.

Novia Tirta Sari dkk, “Peran Perpustakaan Dalan Meningkatkan Literasi Informasi Masyarakat Di Perpustakaan Desa Padalarang”, Vol. 7, No. 2, Jurnal CommEdu, 2024. PuskoMedia Indonesia, “Contoh Program Kerja Perpustakaan Desa Dalam 1 Tahun”, https://www.puskomedia.id/blog/contoh-program-kerja-perpustakaan-desadalam-1-tahun/ (diakses pada 27 Agustus 2024, pukul 23.34).
Tasya Valentina dkk, “Strategi Meningkatkan Literasi Baca Siswa Sekolah Dasar”, Wahana Didaktika Jurnal Terakreditasi, 2023.
Yonathan Cahyo Manunggal & Lydia Christiani, “Pemanfaatan Sistem Deteksi Plagiarisme Menggunakan Turnitin Pada Jurnal Mahasiswa Universitas DianNuswantoro”, Universitas Diponegoro.