Judul Buku : Catatan Najwa 2
Penulis : Najwa Shihab
Penerbit : Lentera Hati
Tahun terbit : 2020
Bung Hatta pernah berkata bahwa idealisme adalah “kemewahan” pemuda. Di tengah era penuh perubahan ini, pesan itu terasa lebih relevan dari sebelumnya. Sebagai mahasiswa, masa kuliah adalah waktu terbaik untuk mengembangkan idealisme itu. Sebuah prinsip yang menjadi dasar tindakan. Namun, idealisme hanya akan menjadi slogan jika tidak dibarengi dengan aksi nyata.
Belajar tidak berhenti di ruang kelas. Di dunia yang terkoneksi, batas-batas pengetahuan tradisional sudah hilang. Materi kuliah adalah fondasi tetapi eksplorasi di luar silabus adalah bangunan utuh yang akan kalian tinggali nantinya. Jangan hanya puas dengan apa yang dihadirkan dosen atau diktat kampus. Manfaatkan teknologi, baca buku lintas disiplin, dan pelajari isu-isu terkini mulai dari keberlanjutan lingkungan sampai kecerdasan buatan. Contoh nyata bisa dilihat dari gerakan mahasiswa di berbagai belahan dunia yang memperjuangkan perubahan. Di tengah maraknya isu lingkungan, mahasiswa mempelopori protes global seperti Fridays for Future. Ini menunjukkan bahwa wawasan yang luas tidak hanya mencerdaskan tetapi juga memberi keberanian untuk bertindak.
Kehidupan kampus adalah kesempatan membangun koneksi yang tidak akan kalian temukan di luar sana. Bukan sekedar teman nongkrong atau kerja kelompok, tetapi relasi yang bisa membuka peluang kolaborasi di masa depan. Belajar mengenal masyarakat sekitar kampus juga penting. Kampus bukan menara gading. Saat ini, banyak daerah masih berjuang melawan ketidakadilan sosial. Jadikan itu sebagai ladang pembelajaran.
Bung Hatta adalah simbol pemimpin yang sederhana, jujur, dan berkomitmen pada rakyat. Di era di mana berita korupsi masih menjadi headline harian, sosok seperti Bung Hatta adalah inspirasi yang harus dihidupkan kembali. Mahasiswa bisa mengambil peran aktif dalam memperjuangkan antikorupsi melalui literasi digital. Kampanye kesadaran di media sosial, partisipasi dalam program pemberdayaan masyarakat, atau sekedar menyuarakan keadilan adalah bentuk nyata menghidupkan semangat Bung Hatta.
Ironisnya, di era informasi ini, budaya membaca justru menjadi tantangan besar. Platform hiburan seperti TikTok atau Instagram sering menyita perhatian lebih banyak daripada buku. Tapi, membaca tetap menjadi kunci untuk memahami dunia dengan mendalam. Tidak hanya membaca untuk hiburan, tetapi juga membaca untuk memahami konteks sosial, ekonomi, dan politik di sekitar kita. Di tengah fenomena literasi digital, peran perpustakaan harus diubah. Bukan hanya tempat meminjam buku, tetapi juga ruang untuk berdiskusi, berinovasi, dan menciptakan solusi. Perpustakaan Udinus seharusnya bisa jadi pionir dalam menghidupkan budaya membaca ini dengan memadukan teknologi, misalnya menyediakan buku digital, klub diskusi interaktif, atau seminar tematik tentang buku-buku yang relevan dengan perkembangan zaman. Hal seperti itulah yang sedang diusahakan oleh Perpustakaan Udinus melalui program #Comeandreaders ini.
Mahasiswa adalah generasi terpilih. Di tangan kalian, masa depan bangsa dipertaruhkan. Jangan habiskan waktu hanya untuk mengeluh atau terjebak dalam zona nyaman. Belajarlah dari generasi sebelumnya, seperti Bung Hatta yang mengajarkan kesederhanaan, kejujuran, dan dedikasi. Manfaatkan segala fasilitas dan jaringan yang ada untuk menjadi agen perubahan. Ingat, kalian bukan hanya pemuda biasa. Kalian adalah pembawa harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Maka jadilah pembelajar sejati, bukan sekadar pengamat. Beranilah bermimpi besar, dan wujudkan dengan langkah nyata. Karena perubahan besar selalu dimulai dari tindakan kecil yang konsisten.